Kami siap mendengarkan anda..

Jumat, 10 Mei 2013

Definisi dari Risiko Kehidupan

Apa definisi dari Risiko Kehidupan dan apa saja ruang lingkup dari Risiko ini?

Risiko Kehidupan adalah suatu Risiko yang pasti terjadi dalam kehidupan seseorang Manusia, risiko ini mendatangi kita secara tiba-tiba dan dari luar atau bukan dari sesuatu yang kita kehendaki. Salah satu atau kombinasi dari risiko ini pasti terjadi dalam kehidupan kita,  yang kita tidak tahu adalah kapan waktu terjadinya.


Cakupan dari risiko ini adalah :
  1. Hidup Terlalu Singkat; Ada Pepatah yang mengatakan bahwa Kelahiran, Jodoh dan Kematian ada di tangan Tuhan. Disini Manusia hanya bisa berupaya, tetapi akhirnya Tuhan lah yang menentukan Kejadian dan Peristiwanya. Jenis Risiko ini berhubungan dengan Jangka Waktu dari Kehidupan kita yang lebih singkat dibandingkan dengan jangka waktu normal yang terjadi pada orang-orang kebanyakan. Atau dengan kata lain maka Usia kita lebih pendek dari rata-rata usia orang normal. Dalam ilmu Aktuaria dikenal istilah Rasio Life Expectancy atau Usia Harapan Hidup. Artinya adalah Rata-rata Usia seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sampai Malaikat Maut mencabut nyawanya. Di Indonesia maka Tingkat Usia Harapan Hidup adalah 70,7 tahun, sedangkan di negara maju seperti Jepang adalah 82,6 tahun, di Inggris 79,4 tahun. Rasio ini sangat bergantung kepada Gaya Hidup, Pendidikan, Ekonomi, Sosial, Budaya, Perdagangan, Perindustrian yang terjadi di suatu negara, semakin tinggi nilai faktor-faktor tersebut maka semakin tinggi Usia Harapan Hidupnya. Oleh karena itu Hidup Terlalu Singkat bermakna bahwa Orang tersebut mempunyai Umur yang Pendek atau Meninggal Dunia lebih cepat dari kebanyakan orang lain atau Hidupnya lebih pendek dibandingkan kehidupan normal yang berlaku.
  2. Hidup Terlalu Lama; Risiko ini berbanding terbalik dengan risiko kehidupan yang pertama. Pada jenis ini maka Seseorang mempunyai Usia yang lebih panjang dibandingkan orang-orang kebanyakan. Banyak orang tidak pernah menyangka bahwa ini adalah suatu risiko. Memang risiko ini barulah dirasakan pahit jika kita tidak mengantisipasi Dampak Kerugian Finansial yang terjadi. Dampak terberat dari jenis ini adalah Dana Pensiun yang harus disediakan untuk menikmati Hari Tua seseorang. Dana tersebut diperlukan untuk membiayai Biaya Hidup Rumah Tangga termasuk atas Biaya Kesehatan yang harus disediakan untuk membayar ongkos-ongkos Kesehatan seperti misalnya Rawat Inap, Rawat Jalan, Dokter Gigi, Kaca Mata, Pengobatan, dan lain-lain baik Preventif, Kuratif maupun Rehabilitatif. Yang menarik adalah setiap orang tidak pernah lupa untuk memohon Umur Panjang pada saat Hari Ulang Tahunnya tetapi seringkali lupa memohon juga untuk diberikan rezeki untuk menopang Umur Panjangnya.
  3. Sakit dan kecelakaan; Risiko ini seringkali terjadi secara berulang-ulang dalam kehidupan seorang manusia. Oleh karena itu kita harus mengelola risiko ini dengan baik sehingga dampak kerugian finansialnya tidak membebani Kondisi Keuangan, serta musibah tersebut tidak terjadi secara berulang.
Selain kita mengetahui mengenai Risiko Kehidupan maka kita juga harus mengetahui tentang Siklus Kehidupan atau Life Cycle. Siklus ini terjadi sejak Manusia dilahirkan sampai dengan Dipanggil Tuhan. Dalam Siklus ini Setiap orang akan menjalani Tahapan Kehidupan sesuai dengan bertambahnya Usia dan juga Perubahan Kondisi Kehidupannya.

Misalnya pada :
  1. Tahap Awal maka secara normal seseorang akan menjalani lahir, perkembangan bayi hingga jadi anak kecil, sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar, remaja, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, dan kemudian kuliah.
  2. Tahap Selanjutnya adalah Bekerja untuk mendapatkan Penghasilan dan mengaplikasikan pendidikannya, dan karirnya terus berkembang sesuai dengan Kinerja dan Perilakunya, lalu akhirnya menemukan Jodohnya dan Menikah.
  3. Tahap Kemudian adalah Tetap melanjutkan karir kerjanya baik di tempat semula atau kantor baru, mempunyai keturunan atau anak sehingga menambah pengalaman hidupnya untuk membesarkan dan mendidik Anak-anaknya sampai mereka dewasa atau paling tidak sampai anak-anaknya menyelesaikan jenjang kuliahnya.
  4. Tahap Berikutnya adalah Tahap Keemasan dalam Berkarir dan juga kematangan Berkeluarga. Tahap ini diakhiri dengan periode memasuki Usia Pensiun dimana Seseorang harus kehilangan Sumber Pendapatannya. Namun demikian Sumber Pendapatan saat produktif bekerja bisa diganti dengan Dana Pensiun untuk terus menyambung dan melanjutkan Kehidupan Hari Tuanya. Pada tahap ini atau mungkin sebelumnya maka masih ada tanggung jawab dari Orang Tua untuk menikahkan Anaknya baik secara Agama, Biaya, Negara dan lain-lain.
  5. Tahap Pensiun atau Menjalani hari Tua – Periode dimana seseorang harus menjalani hari Tuanya setelah Pensiun bekerja. Batas usia Pensiun di Indonesia berkisar antara 55 atau 56, walaupun bisa diperpanjang sesuai kebutuhan. Jika seseorang tetap bertahan hidup sampai dengan usia rata-rata rasio harapan hidup misalnya 75 tahun maka hari tuanya sepanjang 20 tahun.  Padahal periode Masa Produktif seseorang hanya berlangsung selama +/- 30 tahun, dari usia pensiun 55 tahun dikurangi usia masuk kerja misalnya 25 tahun. Dengan kata lain maka Periode Hari Tua sebesar 2/3 dari Periode Bekerja tapi dengan Tanpa Pendapatan seperti saat masih Bekerja. Dan Biaya Kesehatan semakin tinggi karena risiko Kesehatan juga semakin buruk dan Biaya Pengobatan, Dokter, Rumah Sakit dan lain-lain juga semakin tinggi.
  6. Tahap Terakhir adalah tahap yang tidak populer atau tidak disukai oleh hampir semua orang tetapi harus terjadi dalam kehidupan seseorang. Risiko yang terjadi pada tahap ini adalah Kematian, sesuatu yang pasti terjadi tetapi tidak bisa diprediksi dengan tepat waktunya.
Setiap Tahapan dalam Siklus Kehidupan mempunyai Kebutuhan Asuransi atau Proteksi yang berbeda. Perbedaan ini bisa berupa Jenis Produknya, Nilai Uang Pertanggungan atau Santunan Asuransinya, Nilai Premi yang dibayarkan, Periode Jangka Waktu Kontrak, Cara Pembayaran Premi, Siapa Tertanggung dan siapa Penerima Manfaat atau Ahli Warisnya dan lain-lain sesuai Kebutuhan, kemampuan finansial dan Kondisi keluarga saat kebutuhan tersebut diharapkan terjadi.

Contoh Kebutuhan Asuransi pada setiap Tahapan dari Siklus Kehidupan adalah sebagai berikut :
  1. Tahap Awal – Kebutuhan Asuransi bukan pada orang bersangkutan tapi justru pada Orang Tuanya, khususnya Orang Tua (Ayah atau Ibu) yang menjadi Penanggung Biaya Kehidupan bagi orang tersebut. Namun bisa juga beli Asuransi dengan Orang tersebut jadi Tertanggung, dan Orang Tua yang membayarkan Premi sebagai Pemengang Polis sekaligus Pembayar Premi. Jenis Produk bisa Kesehatan atau Whole Life dengan Pembayaran Premi Terbatas hanya beberapa Tahun saja atau Seumur Hidup. Dengan membeli asuransi sejak dini maka Tingkat Risikonya lebih kecil dari pada jika membeli setelah berusia lebih tua, ini membuat Premi akan jauh lebih murah. Selain itu juga Proses Seleksi Penerimaannya akanlebih mudah dibandingkan jika sudah berusia lebih tua. Hal ini direkomendasikan bagi seseorang yang mempunyai Riwayat Keturunan Penyakit Mematikan seperti Jantung, Hipertensi, Diabetes dan Penyakit Genetis lainnya, atau seseorang yang Gaya Hidup Keluarganya berisiko tinggi seperti gemar makanan Fast Food atau Berlemak atau Jarang Olah Raga dan lain-lain.
  2. Tahap Masa Kerja sampai Berumah Tangga – Kebutuhan Asuransi bisa dilakukan dengan melanjutkan Polis Anak-anak yang sudah ada tetapi dengan menambah jenis Santunan Proteksinya (contoh Penyakit Kritis, Kecelakaan, Cacat Tetap Total dan lain-lain), juga mengganti Penanggungjawab pembayar Premi dari Orang Tua kepada dirinya sendiri sekaligus menjadi Pemegang Polis. Jenis Produk Asuransi juga bisa ditambahkan jenis Dwi Guna atau Unit Link atau Universal atau Variable Life untuk keperluan Biaya Menikah, Dana Pensiun, Beli Kendaraan, Beli Rumah dan lain-lain, namun sebaiknya untuk Investasi dilakukan terpisah dengan Proteksi. Namun demi kepentingan Disiplin Menyisihkan Uang dan Alasan Kepraktisan dan Alasan Kesibukan serta Ketidakmengertian Ilmu Investasi maka pemilihan produk tersebut masih bisa diberikan toleransi. Walaupun Penulis tetap merekomendasikan untuk memisahkan antara Asuransi dengan Investasi, demi untuk memperoleh hasil yang optimal baik dari segi Nilai Santunan Proteksi maupun Nilai Pengembalian Investasinya.
  3. Tahap Masa Awal Berkeluarga – Sejak Menikah maka Nilai Santunan Musibah sebaiknya disesuaikan dengan Penambahan Biaya Rumah tangga akibat kehadiran Pasangan Hidup. Selain itu juga diperlukan untuk mempertimbangkan Tambahan Jenis Santunan Pasangan Hidup. Dan sejak Kelahiran Anaknya maka dibutuhkan tambahan Asuransi Pendidikan atau BeaSiswa Anak. Dan juga melakukan Tinjau Ulang kembali untuk Nilai Santunan Musibahnya serta Metode Pembayaran Preminya agar tidak membebani Total Biaya Pengeluaran Keluarga. Mengingat periode mencapai usia pensiun sudah semakin pendek maka diperlukan juga pertimbangan untuk Melakukan Review Nilai Setoran Dana Pensiun disesuaikan dengan Peningkatan Pendapatan dan Tingginya Inflasi yang berakibat pada Kenaikan Harga-harga barang. Jangan dilupakan adalah faktor Tambahan Nilai Santunan dan Nilai Dana Pensiun yang diberikan oleh Perusahaan Tempat Bekerja dan Pemerintah.
  4. Tahap Masa Keemasan Kehidupan – Jangka Waktu yang paling berkesan karena Karir sedang berada di puncak dan juga kondisi berkeluarga. Di tahap ini sering terjadi menerima Bonus atau Rejeki yang cukup besar sehingga mempunyai banyak godaan untuk melakukan Gaya Hidup Konsumtif yang tidak perlu. Disinilah saat untuk fokus berinvestasi tapi jangan lupa untuk melakukan Perlindungan Asuransinya. Jika sudah tidak ada kewajiban Biaya untuk Pendidikan Anak maka Anggarannya bisa dialihkan ke Dana Pensiun. Jika memang kita memiliki Penghasilan yang besar dan memiliki selisih positif yang cukup besar dengan Total Pengeluaran maka ini bisa dipakai untuk tambahan Setoran Dana Pensiun dan Investasi. Begitu juga jika menerima Rejeki atau Bonus Tambahan maka bisa ditambahkan ke Dana Pensiun atau Tambahan Portofolio Investasi yang dimiliki. Perlu dipertimbangkan juga untuk menambahkan Santunan Perawatan Jangka Panjang atau Long Term Care serta Santunan Patah Tulang atau Broken Bone untuk berjaga-jaga jika musibah tersebut menyerang kita.
  5. Tahap Periode Hari Tua – Saat untuk menikmati Hari Tua dengan menggunakan Dana Pensiun dan Hasil Pengembalian Investasi yang dilakukan saat masih bekerja. Jika kita melakukan Investasi dengan benar dan maksimal maka diharapkan bisa memperoleh Pasif Income yang bisa menggantikan 75% Biaya Rumah Tangga yang biasanya dibelanjakan, tentunya dengan memasukkan faktor inflasi atas harga-harga barang. Nama Penerima Manfaat Asuransi bisa dirubah sesuai dengan Kondisi Keluarga. Proporsi Istri sebagai Penerima Santunan bisa lebih ditingkatkan karena Anak-anak sudah Mandiri dan bisa menghidupi Keluarganya sendiri. Atau bisa juga mengganti Penerima Manfaat dengan memberikannya kepada Rumah-rumah Ibadah atau Yayasan Kemanusiaan atau Yayasan untuk Pendidikan dan Kesehatan Anak-anak.
  6. Tahap Kematian – Siklus Kehidupan berakhir.
Seperti dijelaskan sebelumnya maka Kita juga harus mengetahui Bagaimana Kondisi Finansial kita untuk mengetahui Kemampuan Finansial untuk membeli Asuransi, baik menetapkan Nilai Santunan (baik Musibah, Bea Siswa atau Pensiun), Jenis Santunan yang sebaiknya dimiliki, Cara Pembayaran dan Mata Uang Polis Asuransi. Selain itu juga diperlukan Informasi atau Data Aktual dari Usia Anak, Usia Kita, Kapan Dana Pendidikan harus diberikan, Kapan Dana Pensiun diperlukan, Berapa Lama Periode Asuransi dan sebagainya. Dengan seluruh Informasi dari Kebutuhan, Kemampuan Finansial dan juga Karakteristik Kondisi Keluarga maka Kita bisa membuat Perencanaan Asuransi dengan tepat sehingga bisa menjadi suatu Alat Pelindung Kebutuhan atau Hedging untuk Tujuan Kebutuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's Join Us

Sudahkah anda rencanakan masa depan keluarga anda?

Sudahkah anda rencanakan masa depan keluarga anda?

Advertising

Advertising
Terapi Kesehatan, Kecantikan & Penyakit Kritis