Hari ini kami akan mengajak anda untuk merenungkan kisah nyata yang
dialami oleh seorang ibu (istri) yang bernama Maya (bukan nama
sebenarnya).
“Sedia payung sebelum hujan, rencanakan keuangan anda sebelum
orang-orang yang anda cintai menderita karena anda tidak memiliki
perencanaan…”
Nampaknya kata-kata tersebut sangat tepat untuk mewakili apa yang
dialami oleh Maya (37 tahun), seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang
anak yang masih kecil.
Beberapa bulan yang lalu, Maya datang ke rumah saya. Sambil menangis
tersedu-sedu, dia bercerita bahwa suaminya terkena serangan jantung.
Agar nyawanya bisa terselamatkan, dokter menyarankan agar dalam waktu
seminggu ke depan, suaminya harus menjalani operasi yang biayanya
mencapai tiga ratus juta rupiah.
Dengan putus asa, Maya memintaku untuk membantunya menjual cepat
rumahnya dengan harga 600 juta rupiah, jauh di bawah harga pasaran 1
Miliar, karena mereka hanya memiliki tabungan 50 juta rupiah di bank.
Dia sudah meminta bantuan keluarga, tetapi sayangnya dana yang terkumpul
masih belum cukup untuk biaya operasi.
Aku tersentak. Segera kuhubungi teman-temanku di properti agar bisa
membantu Maya. Akhirnya, rumah terjual dengan harga 650 juta dan Maya
bisa mendapatkan dana untuk suaminya menjalani operasi. Operasi
dilakukan, namun takdir menentukan lain. Tuhan mengambil nyawa suaminya.
Maya dan anak-anaknya sangat terpukul. Sisa dana hasil menjual rumah
habis digunakan untuk membayar hutang ke bank dan hutang-hutang yang
lainnya. Tidak ada uang pertanggungan asuransi atau pun keluarga yang
datang membantunya. Saat ini Maya dan anak-anaknya kesulitan untuk
membiayai kehidupan mereka sehari-hari, karena pencari nafkah utama
keluarga sudah tidak ada lagi.
Almarhum suaminya seorang manajer dengan
penghasilan 10 juta rupiah per bulan, sedangkan Maya hanya seorang ibu
rumah tangga, tanpa memiliki bisnis dan pengalaman bekerja. Sekarang,
Maya sangat menderita karena harus pontang-panting mencari nafkah untuk
mencukupi pengeluaran rutin keluarga sebesar delapan juta
rupiah perbulan.
Mari kita renungkan, apabila hal ini terjadi pada diri anda, coba tanyakan kepada diri sendiri hal-hal berikut ini:
1. Apakah tabungan anda sudah cukup untuk membiayai penyakit kritis
apabila anda atau anggota keluarga anda mengalaminya? Berdasarkan
survey, 1 dari 3 penderita penyakit kritis jatuh bangkrut karena tidak
memiliki tabungan atau pun proteksi keuangan apa pun untuk itu.
2. Apakah anda (khususnya keluarga yang ditinggalkan) masih memiliki
penghasilan apabila pencari nafkah utama tidak dapat menjalankan
fungsinya lagi karena sakit atau meninggal dunia?
3. Bisakah anda tuliskan 2 orang terdekat (di luar keluarga inti)
yang bisa membantu/ menanggung anda dan anak-anak anda secara finansial
selama puluhan tahun ke depan apabila terjadi risiko terkena penyakit
kritis dan kematian terhadap pencari nafkah utama?
Bila jawaban anda lebih banyak TIDAK atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut, kami bisa membuat anda menjawab YA dengan bantuan perencanaan
keuangan yang dapat memberi solusi untuk ketiga masalah di atas.
Segera hubungi kami apabila anda memang peduli terhadap kelangsungan hidup orang-orang yang anda cintai.
Sumber : CWplanner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar