Guru marketing Hermawan Kartajaya sudah beberapa lama bergaul dengan
praktisi keuangan syariah. Ia mulai fasih mengatakan ajaran Islam
sebagai rahmatan lil alamin. Beragama Katolik, Hermawan malah berniat
ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan
wawancara sesaat setelah peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta
pekan lalu.
Sebetulnya apa beda marketing syariah dan konvensional ?
Dalam
dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip
yang disalah artikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang
belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya
membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau
membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu
salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya
Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada
konsumen atau orang lain. Nilai syariah mencegah orang (marketer)
terperosok pada kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus
dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim.
Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?
Lha
ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan
istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya
untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah
ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin
banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya
ikut mengendorse marketing syariah. Soal jujur itu kan universal. Jadi
marketing syariah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil
alamin itu.
Apa nilai inti marketing syariah ?
Integrity
atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi
orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan,
bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara
benar.
Bagaimana muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing ?
Sejalan
dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ
dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient.
Orang melihat apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan?
Ya
pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan
semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya.
Orang melihat bisnis itu harus jujur.
Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah ?
Syariah
meng-endorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu
marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syariah. Karena jika
orang marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja
bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski
negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin
dengan profesionalitas kita. Jadi, jujur saja tidak cukup.
Bukankah nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama ?
Ya.
Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa Islam
itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik
mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu
hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing
syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai
syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada
bagusnya jika yang mengendorse itu orang Islam, bukan yang lain.
Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis ?
Millenium.
Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga
kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan
untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan
untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke depan akan mengemuka.
Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.
Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan ?
Islam
agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada
petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima
perang dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya
melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai
semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai
Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi
aktivis lingkungan dan nilai-nilai.(Sumber: Harian Republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar