Apa sebenarnya modal dasar seorang agen asuransi? Paling penting adalah
persiapan hati dan perasaan, agar tak luluh lantak saat didera penolakan
demi penolakan.
Berjanjilah dalam hati untuk terus mencari dan mendatangi
prospek.Prospek adalah orang atau organisasi yang dianggap potensial
membeli polis asuransi.
Kalau keyakinan sudah terbentuk, dukunglah dengan penampilan. Bukan
berarti seorang agen top harus cantik dan ganteng. Tampang pas-pasan pun
banyak yang sukses, asal "dikemas" dengan lebih menarik. Ini bukan
omong kosong, lantaran buktinya sudah bejibun.
Sebuah survey membuktikan, 99% prospek teramat sangat peduli pada
pertemuan pertamanya dengan sang agen. Saat itu, mereka bisa langsung
jatuh cinta atau sebaliknya, benci sampai mati. Survey juga menunjukkan,
korelasi tingkat kegagalan agen dengan penampilam cukup signifikan.
Catat, 85% calon nasabah enggan membeli asuransinya berpakaian kurang
rapi. Detailnya, 64% karena sepatu agen tidak mengkilap, 62% lantaran
parfum dan tata rias terlalu mencolok. Sementara, 58% beralasan karena
warna setelan dan dasi tak pas, 42% akibat jari tangan dan kuku sang
agen kotor, 42% karena pakaian agen tak serasi, serta 40% lantaran
posisi ikat pinggang di bawah pusar.
Nah, setelah busana dan penampilan tak lagi bermasalah, agen perlu
mengetahui filsafat menjual. Intinya kira-kira, seorang agen profesional
bukan dilahirkan, tapi dibentuk. Semakin tinggi jam terbang, (mestinya)
kinerjanya kian bagus. Agen juga kudu yakin pada produk yang dijual.
Pelajari juga kode etik agen asuransu, karena di situ ada nilai-nilai
korps dan pantangan-pantangan yang harus dijauhi.
Maka tibalah saatnya melangkah "keluar". Sebelum berbicara dengan
prospek, agen harus tahu luar-dalam produk yang mereka tawarkan, apapun
jenis asuransinya. Artinya, ia harus tahu manfaat utama, kelemahan,
sekaligus kekuatan produknya. Termasuk harga dan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan prospek.
Penelitian lagi-lagi menunjukkan, prospek lebih suka agen yang bicara
terus terang, jujur dan apa adanya. Jika memang ada risiko yang harus
ditanggung nasabah, bahaslah kemungkinan itu sejak awal.
Selanjutnya, dilakukan perburuan prospek. Nama-nama calon nasabah
berpotensi bisa didapat dari pelanggan yang sudah ada, teman, kerabat,
klub profesional, artikel surat kabar dan majalah, mailing list, hingga beragam direktori. Cobalah membuat daftar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar